Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2019

Kau Terlihat Anggun Hari Ini

Hari ini kau terlihat anggun. Dengan bibir sedikit merah, polesan lipstik yang tak begitu norak. Senyummu menjadi sempurna dan cukup menarik senang siapa pun yang melihatnya. Berjilbab hitam dan berkacamata, seorang pengelana lewat di depanmu dan ia terpesona dengan gincumu. Satu kata sabetan meluncur dari bacotnya berhasil memancing sebuah cermin kecil keluar dari tasmu dan kemudian kau taruh di atas keyboard laptopmu. Kau pandang kembali polesan lipstik yang kau pakai dan matamu bercahaya. Hmm,, sinar matamu menunjukkan kau puas dengan dandanan hari ini. Baju kantoran Blouse berwarna krem dan bermerk di lengan kiri, terlihat pas dengan gayamu hari ini. Pokoknya terlihat anggunlah dikau pagi ini. Agaknya bernilai lebih dari hari-hari sebelumnya, itu  yang ku tahu. Pantas saja kau bersemangat hari ini, dan itu memang harus. Penampilan yang luwes akan membantu memberi energi positif dalam berkerja dan tentunya juga memberikan energi positif pada orang sekelilingnya.

Durian Berduri

Pernah aku mampir. Ini paling berkesan, karena lama kita tak bersua. Ini seakan pertemuan yang harus dirayakan dengan pergumulan, karena kangen dan rindu yang tertahan bertahun-tahun lamanya. Sejenak aku berada di sudut ruang tamu itu. Termenung dan terdiam. Lalu, Pengelana muncul dengan sekarung durian dengan aroma yang menggoda selera. Uewwnak tenan rasanya ini durian, baunya pun mengalahkan bau yang lainnya. Ruang tamu, ruang tengah, ruang dapur sampai ke kamar mandi semuanya berubah menjadi bau durian. Bau pengap, bau pesing, bau got, bau kelinci, bau kucing semuanya lewat dan hilang karena aroma khas durian. Ditambah secangkir kopi dan obrolan mantap  sepekat malam yang kita lalui. Tak sia-sia kedatangan kali ini. Bertahun-tahun kangen pun terbalaskan. Terus terang aku terlena malam itu. Bertahun pula berlalu, kenangan durian ini masih saja terhunjam pada benakku, ingatanku, kenanganku dan pikiranku. Semuanya masih merasakan yang sama, wueeenak dan legit. Hingga suatu massa

Perih Sayatan

Pernah, tersayat pisau ketika meiris bawang atau sejenisnya. Itu, terasa perih. Tapi kali ini perihnya beda. Segalanya beda; sakitnya, rasanya, sesaknya, pusingnya, geramnya, kesalnya, semua dibalut perih itu. Menghunjam, jauh ke dasar yang paling dalam. Memuntahkan, jauh dari melesatnya  anak panah. Ini perihnya semakin hari semakin terasa. Semula hanya berbaik sangka, ini tidak apa-apa. Pisau itu baik dan sangat berguna, bisa melindungi, mengayomi menjanjikan harapan, kesenangan dan kenyamanan. Benar-benar surga yang tergambarkan. Tapi perlahan, kok mulai menyentuh, mengelus dan menginabobokkan. Dimulai dari jantung, hati, limpa, pangkreas, usus besar, usus kecil, paru-paru, mata dan sampai ke otak. Ketika terbangun, kok semua itu menghasilkan luka. Luka-luka kecil,luka besar, menganga dan berdarah. Perih itu mulai menggerogoti detik demi detik, waktu demi waktu. Aku terkapar dalam kesenangan sayatan. Diabaikan, didiamkan, diinapkan dan tidak dipedulikan, isi waktu dengan yang