Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2008

Tangkai Sapu Patah di Kaki

Nggak pernah terbayang sebelumnya. Ketika aku libur sekolah, aku mengunjungi orang tuaku yang mengajar di kawasan yang jauh dari kota. Maklum daerah terisolir (waktu itu). Alam tempat bapakku mengajar sangatlah indah. Di kawasan pertanian, dikelilingi bukit dan sawah-sawah luas membentang. --- --- Orangtuaku tinggal di sebuah komplek rumah guru. Tidak berjarak dengan sekolah di mana bapakku mengajar. Di sekitar itu, merupakan kawasan yang banyak dihuni orang-orang Jawa, bukan transmigrasi. Akan tetapi orang Jawa yang sejak zaman penjajahan Belanda yang berkerja sebagai rodi. Mereka hidup turun-temurun di sana. Bahkan banyak keturunannya yang sudah tidak tahu dari Jawa mana mereka berasal. Bahasa sehari-hari ya bahasa Jawa ngoko. Tepatnya kawasan itu tidak jauh dari perbatasan antara Propinsi Sumatera Barat dan Jambi. rumah-rumah di sana sangat berjarak. Antara rumah ke rumah terkadang jaraknya sejauh mata memandang. Meski berjauhan, penduduknya tetap kompak. Anak-anak SD (terutama la

Belajar Mengaji di Surau

Bagi kami anak laki-laki Minang, kalau sudah baligh selalu disarankan untuk tidak tidur di rumah. Kami diajarkan untuk belajar mengaji di surau atau langgar dan sekaligus tidur di sana. Surau adalah rumah kedua setelah rumah kami. Di surau selain belajar mengaji, malamnya sebelum tidur kami juga diperkaya dengan wawasan cara bersosialisasi dengan teman sebaya. Bahkan diisi dengan cerita yang penuh makna. Setelah shubuh kami diajarkan olah raga silat, untuk kesehatan tubuh dan jiwa. Serta memproteksi diri dari hal-hal yang tidak diinginkan. Baik sifatnya fisik maupun bathin. Semuanya itu adalah bekal. Baik untuk mengarungi kehidupan, kemandirian, kematangan jiwa dan juga akhirat. Aku sangat bersyukur dengan pengalaman ini, di mana hal ini mungkin sudah jarang dan tidak didapati lagi oleh generasi setelah aku. Pengalaman hidup semasa remaja itu, sangat berkesan dan aku menganggap hal itu sebuah tahapan sejarah dalam hidupku yang membentuk diriku sampai saat ini. Jiwa kemandirian, perkawa

Kenangan Masa Kecil

Masa kecilku, adalah masa yang terindah dan yang pasti tidak akan pernah terlupakan. Aku dilahirkan dari keluarga pendidik. Umur dua bulan, aku sudah ditinggalkan bersama nenekku, karena bapak dan ibuku harus memenuhi panggilan menjadi guru di sebuah desa yang terisolir. Aku bersama nenek sampai aku tamat sekolah menengah pertama. Sedangkan kakek meninggalkan kami karena berpulang ke hadirat ilahi ketika aku masih duduk di kelas di kelas 1 SD. Ketika itu, orang tua bagiku adalah nenek dan kakek yang sangat menyayangiku. Seperti anak lain, menurut cerita orang, sayang ke cucu lebih dari anak sendiri. Begitu berlaku pada diriku. Aku merasa disayangi dengan sangat berlebihan oleh kakek dan nenekku. Menurut cerita nenekku, kakek selalu menggendongku di pundaknya kalau ia pergi kekebunnya. Tidak banyak memang kenangan bersama kakek karena ia terlalu cepat pergi. Tapi kenangan bersama nenek, sangatlah banyak karena baru Idul Fitri kemaren beliau menyusul Kakek ke alam baqa. Meski aku seorang

myslide

Gambar

Mencoba Berbagi dengan Blog

Dulu waktu aku masih SMP, aku justru menuliskan keluh kesahku kedalam buku catatan, yang orang bilang itu adalah diari. Hal itu aku lakukan sampai aku SMA. Entah berapa diary yang telah dihabiskan. Kehidupan yang berpindah-pindah (kayak nomaden aja), diary-diary itu satu per satu tidak terarsipkan dengan baik. Dan terkadang aku juga malas membacanya, karena catatan perjalanan hidupku terlalu pahit untuk dikenang. Ada yang manisnya, itu juga malas aku baca, cukup ku ingat saja, kalau aku baca lagi, seakan aku mau kembali lagi seperti dulu. Aku nggak mau lagi menjadi anak kecil atau remaja seperti dulu, bagiku itu lucu dan tidak mengasyikan, malah malu-maluin. Kini ketika dunia membuka lebar untuk aku curhat, apasalahnya diaryku ku tulis di sini. Bisa jadi apa yang kutulis akan memotivasiku jadi lebih baik. Atau bermanfaat dan memberikan inspirasi kepada orang lain. Tapi maaf, aku tak akan bercerita soal aibku atau keburukankku. Aku tak mau jadi bahan omongan entertainmen berita gosip (k