Belajar Mengaji di Surau

Bagi kami anak laki-laki Minang, kalau sudah baligh selalu disarankan untuk tidak tidur di rumah. Kami diajarkan untuk belajar mengaji di surau atau langgar dan sekaligus tidur di sana. Surau adalah rumah kedua setelah rumah kami.

Di surau selain belajar mengaji, malamnya sebelum tidur kami juga diperkaya dengan wawasan cara bersosialisasi dengan teman sebaya. Bahkan diisi dengan cerita yang penuh makna. Setelah shubuh kami diajarkan olah raga silat, untuk kesehatan tubuh dan jiwa. Serta memproteksi diri dari hal-hal yang tidak diinginkan. Baik sifatnya fisik maupun bathin.

Semuanya itu adalah bekal. Baik untuk mengarungi kehidupan, kemandirian, kematangan jiwa dan juga akhirat. Aku sangat bersyukur dengan pengalaman ini, di mana hal ini mungkin sudah jarang dan tidak didapati lagi oleh generasi setelah aku.

Pengalaman hidup semasa remaja itu, sangat berkesan dan aku menganggap hal itu sebuah tahapan sejarah dalam hidupku yang membentuk diriku sampai saat ini. Jiwa kemandirian, perkawanan dan berstrategi merupakan modal hidup yang tidak bisa dianggap enteng. Merupakan modal yang sangat berarti untuk bisa menjadi bagian masyarakat di mana saja berada.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perih Sayatan

Kau Terlihat Anggun Hari Ini

Batu Runcing Menghunjam ke Dasar Hati