Perih Sayatan

Pernah, tersayat pisau ketika meiris bawang atau sejenisnya. Itu, terasa perih. Tapi kali ini perihnya beda. Segalanya beda; sakitnya, rasanya, sesaknya, pusingnya, geramnya, kesalnya, semua dibalut perih itu. Menghunjam, jauh ke dasar yang paling dalam. Memuntahkan, jauh dari melesatnya  anak panah.

Ini perihnya semakin hari semakin terasa. Semula hanya berbaik sangka, ini tidak apa-apa. Pisau itu baik dan sangat berguna, bisa melindungi, mengayomi menjanjikan harapan, kesenangan dan kenyamanan. Benar-benar surga yang tergambarkan.

Tapi perlahan, kok mulai menyentuh, mengelus dan menginabobokkan. Dimulai dari jantung, hati, limpa, pangkreas, usus besar, usus kecil, paru-paru, mata dan sampai ke otak. Ketika terbangun, kok semua itu menghasilkan luka. Luka-luka kecil,luka besar, menganga dan berdarah. Perih itu mulai menggerogoti detik demi detik, waktu demi waktu. Aku terkapar dalam kesenangan sayatan.

Diabaikan, didiamkan, diinapkan dan tidak dipedulikan, isi waktu dengan yang lain mencoba mensiasati perih. Hilang? Sebentar. Datang lagi-datang lagi. Curhat. Hilang? Sebentar, datang lagi -datang lagi. Yah. itulah perih sayatan yang kurasa. Saya belum punya obat ampuhnya.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kau Terlihat Anggun Hari Ini

Batu Runcing Menghunjam ke Dasar Hati