Postingan

Kau Terlihat Anggun Hari Ini

Hari ini kau terlihat anggun. Dengan bibir sedikit merah, polesan lipstik yang tak begitu norak. Senyummu menjadi sempurna dan cukup menarik senang siapa pun yang melihatnya. Berjilbab hitam dan berkacamata, seorang pengelana lewat di depanmu dan ia terpesona dengan gincumu. Satu kata sabetan meluncur dari bacotnya berhasil memancing sebuah cermin kecil keluar dari tasmu dan kemudian kau taruh di atas keyboard laptopmu. Kau pandang kembali polesan lipstik yang kau pakai dan matamu bercahaya. Hmm,, sinar matamu menunjukkan kau puas dengan dandanan hari ini. Baju kantoran Blouse berwarna krem dan bermerk di lengan kiri, terlihat pas dengan gayamu hari ini. Pokoknya terlihat anggunlah dikau pagi ini. Agaknya bernilai lebih dari hari-hari sebelumnya, itu  yang ku tahu. Pantas saja kau bersemangat hari ini, dan itu memang harus. Penampilan yang luwes akan membantu memberi energi positif dalam berkerja dan tentunya juga memberikan energi positif pada orang sekelilingnya.

Durian Berduri

Pernah aku mampir. Ini paling berkesan, karena lama kita tak bersua. Ini seakan pertemuan yang harus dirayakan dengan pergumulan, karena kangen dan rindu yang tertahan bertahun-tahun lamanya. Sejenak aku berada di sudut ruang tamu itu. Termenung dan terdiam. Lalu, Pengelana muncul dengan sekarung durian dengan aroma yang menggoda selera. Uewwnak tenan rasanya ini durian, baunya pun mengalahkan bau yang lainnya. Ruang tamu, ruang tengah, ruang dapur sampai ke kamar mandi semuanya berubah menjadi bau durian. Bau pengap, bau pesing, bau got, bau kelinci, bau kucing semuanya lewat dan hilang karena aroma khas durian. Ditambah secangkir kopi dan obrolan mantap  sepekat malam yang kita lalui. Tak sia-sia kedatangan kali ini. Bertahun-tahun kangen pun terbalaskan. Terus terang aku terlena malam itu. Bertahun pula berlalu, kenangan durian ini masih saja terhunjam pada benakku, ingatanku, kenanganku dan pikiranku. Semuanya masih merasakan yang sama, wueeenak dan legit. Hingga suatu massa

Perih Sayatan

Pernah, tersayat pisau ketika meiris bawang atau sejenisnya. Itu, terasa perih. Tapi kali ini perihnya beda. Segalanya beda; sakitnya, rasanya, sesaknya, pusingnya, geramnya, kesalnya, semua dibalut perih itu. Menghunjam, jauh ke dasar yang paling dalam. Memuntahkan, jauh dari melesatnya  anak panah. Ini perihnya semakin hari semakin terasa. Semula hanya berbaik sangka, ini tidak apa-apa. Pisau itu baik dan sangat berguna, bisa melindungi, mengayomi menjanjikan harapan, kesenangan dan kenyamanan. Benar-benar surga yang tergambarkan. Tapi perlahan, kok mulai menyentuh, mengelus dan menginabobokkan. Dimulai dari jantung, hati, limpa, pangkreas, usus besar, usus kecil, paru-paru, mata dan sampai ke otak. Ketika terbangun, kok semua itu menghasilkan luka. Luka-luka kecil,luka besar, menganga dan berdarah. Perih itu mulai menggerogoti detik demi detik, waktu demi waktu. Aku terkapar dalam kesenangan sayatan. Diabaikan, didiamkan, diinapkan dan tidak dipedulikan, isi waktu dengan yang

Mengenal Cinta dari Sang Paman

Hmm, setiap anak manusia tumbuh dan berkembang dibimbing oleh zaman. Begitu juga aku. Ketika aku SMP, masa puberitas mulai menghinggap dan mulai mengenal lawan jenis. Seiring tumbuh bulu di sana-sini, membuat mata pun 'berbulu' ketika melihat lawan jenis. Diriku mulai merasa kesepian di tempat ramai dan menghentakkan diri pada sudut kesunyian. Aku merasa butuh sesuatu, yang pastinya bukan kebutuhan terhadap bulu itu tumbuh di hatiku, melainkan sentuhan kasih dari orang yang lain jenis. Inikah kodrat dan inikah jalan hidup, terus terang waktu itu aku tidak bisa memberikan sebuah konglusi. Apatah lagi mengambil sebuah keputusan. Pokoknya, diri ini terasa beda aja... Perkembangan itu membuat aku menjadi orang yang berubah dan ingin berubah. Sebagai anak-anak atau remaja, merasa diri menjadi dewasa. Tapi baru sekedar merasa, sejatinya aku tetap menjadi anak yang manja, cengeng dan lemah. Aku menjadi jarang berteman dengan laki-laki ataupun wanita sebayaku yang kunilai mereka sebag

Batu Runcing Menghunjam ke Dasar Hati

Gambar
Pernah dengar Batu Runcing? Pastinya hanya sebagian kecil yang tahu dan bahkan banyak orang yang tidak mau tahu. Ia adalah potret teman setia yang selalu menjaga Gunung Talang sebuah gunung yang berada di wilayah Kabupaten Solok. Di punggung gunung itu, ada sebuah bukit yang di puncaknya berdiri dengan kokoh sebuah batu yang runcing, mirip dengan tugu. Kalau di lihat dari jauh ia bagaikan tiang yang memancang. Apa istimewanya batu ini, bagi sebagian orang tentu tidak ada artinya. Ia hanya sesosok batu yang tumbuh di semak belukar, karena posisinya di tempat yang tinggi ia bagaikan punggawa menjaga istana yang sedang berdiri mengangkang. Ia dulu hanya sebagai persinggahan bagi anak-anak petualang yang mendaki Gunung Talang. Setelah puas memandang ke alam sekitar yang terlihat jelas dari puncak itu, kemudian batu itu ditinggalkan begitu saja. Tapi bagiku ia menjadi monumen bersejarah, yang terpasak ke bumi dengan eratnya. Ia menjadi bagian masa kecilku. Di sana berdiri segenap rasa yan

09 09 09

Hari ini 09 09 09 dikatakan sebagai hari yang hoki, setidaknya ada 16 orang bayi yang dipaksa lahir di Jakarta di hari ini. Mereka lahir dioperasi. Di antara yang 16 hanya 2 orang yang lahir normal. Itulah harapan dari seorang orang tua, berharap anaknya selalu hoki karena lahir di 09 09 09. Bagiku yang juga dilahirkan di 09 09 dan hari ini juga jatuh diumurku yang ke-35, angka ini adalah angka yang biasa-biasa saja. Aku tidak akan berharap pada sebuah angka. Aku hanya percaya kepada Allah Azza Wajalla yang menciptakan aku dan angka-angka itu. Bukankah salah kaprah kita menumpangkan peruntungan pada angka-angka yang kita anggap hoki. Lalu di mana Allah yang Maha Segalanya akan kita taruh? Jangan gadaikan akidah kita dengan mempercayai angka-angka itu. Aku tetap dalam sebuah keyakinan bahwa Allahlah yang Hoki dan memberi Hoki di dunia dan di akhirat. “Sesungguhnya Shalatku, Ibadahku, Hidup dan Mati hanya karena Allah SWT.” Namun demikian di hari ini 090909, suatu hal yang membahagiakank

Diary

Satuhal yang paling berkesan waktu masih duduk di SLTP adalah pelajaran dari pamanku. Ia mengajarkanku untuk menulis diary. Catatan harian dari seluruh kegiatan yang ku lakukan setiap harinya. Dari pagi hingga tidur. Sebelum tidur aku membacanya kembali dan mengevaluasi mana waktuku yang produktif dan mana pula yang sia-sia. Pelajaran dari pamanku itu luar biasa manfaatnya untuk mendidikku. Ketika paman ataupun orang tuaku bertemu denganku, di saat santai setelah makan malam. Mereka membacanya. Setelah itu mereka memberikan komentar dan nasehat-nasehat, ada yang dituliskan di buku itu ada pula yang disampaikan secara langsung. Tentunya di saat umur tersebut, aku belum bercerita tentang gejolak emosi remaja, Karena aku masih kecil dan belum mengerti dengan hal yang seperti anak SLTP sekarang lakukan. Aku pun merasakan manfaat diary itu untuk memacuku lebih banyak berbuat psositf seperti membantu nenek, mengulang pelajaran dan membaca buku. Yang terkadang membuat aku tertawa dan tersenyu